Kisah Pembangkit Jiwa

Friday, September 22, 2006

Semut Hitam



Wednesday, March 17, 2004 - Sumber : tasyaonline

Di sebuah desa kecil yang di kelilingi oleh hutan besar, hiduplah seorang Nenek dan cucunya yang bernama Anggun. Mereka tinggal di desa itu. Walaupun desa itu sepi dan tidak aman, mereka tidak menghiraukan karena tempat itu tempat mereka mencari nafkah. Setiap hari si Nenek dan Anggun mencari kayu yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Tempat itu adalah desa kuno. Suatu hari Nenek pergi ke desa kuno sendirian untuk menukar kayu, karena Anggun cucunya sakit.
Anggun sangat kuatir dengan Neneknya karena hari hampir malam Neneknya belum pulang juga. Lalu Anggun ketiduran menunggu Neneknya. Haripun sudah pagi ketika Anggun bangun, Neneknya belum pulang juga. Ia langsung pergi ke desa kuno tempat Neneknya menukar kayu dengan makanan. Setelah sampai di sana Anggun menanyakan kepada orang itu. Apakah Neneknya kemarin ke sini, Anggun menjadi kaget karena jawaban tuan itu, dan ia langsung menangis. Lalu tuan itu bertanya ada apa dengan nenekmu nak ?. Anggun menjawab Nenek tidak ada, dari kemarin Nenek tidak pulang.
Lalu tuan itu berkata ,
“ Nenekmu pasti di makan oleh makhluk srigala ”.
Lalu Anggun bertanya, “Apa maksud Tuan ? ”.
“ Saya sudah sering memberi tahu kepada Nenekmu kalau hutan besar itu sangat seram, karena di huni oleh seekor srigala. Tetapi Nenekmu tidak percaya, Nak “.
“ Kenapa Nenek tidak pernah cerita sama aku ” kata Anggun. “ Mungkin ia takut Anggun tidak mau tinggal di desa itu “ kata tuan itu lagi.
Setelah mendengar cerita itu Anggun lalu pulang mencari Neneknya di hutan besar itu. Ketika sampai di tengah hutan Anggun melihat seikat kayu bakar yang biasa dibawa Neneknya dan sandal jepit yang penuh dengan darah yang sudah kering. Anggun menjadi takut, ia ingin pulang tetapi Anggun tersesat di hutan besar. Ia tidak tahu lagi jalan pulang. Yang bisa dilakukan Anggun cuma menangis.
Ketika hari mulai gelap Anggun ketiduran di bawah pohon besar. Lalu datang seekor semut hitam yang ingin membangunkan Angun dengan cara menggigit batang hidung Anggun dan Anggun terbangun. Lalu semut hitam itu berkata “ Adik kecil kamu jangan tidur di bawah pohon karena berbahaya, sebaiknya kamu tidur di atas pohon saja , karena lebih aman ” dan Anggun menuruti kata-kata semut hitam itu dan langsung naik sampai di atas pohon dan menceritakan semua tentang srigala yang telah memakan Neneknya Anggun.
Anggun semakin ketakutan dengan cerita semut hitam dan ia tidak bisa tidur di atas batang karena ia takut jatuh. Setelah malam berakhir bumi menjadi terang. Angun turun dari batang untuk menemui si semut yang sedang mencari makan di bawah pohon. Anggun berkata kepada semut.
“ Mut, aku mau pulang, tetapi aku takut kalau srigala itu belum mati. Bagaimana cara membunuh srigala itu.” tanya Anggun lagi.
“Tidak mungkin Gun, srigala itu sangat kuat dan besar “
Setelah berfikir-fikir Anggun tahu bagaimana cara membunuh srigala itu.
“Bagaimana Gun?” kata semut.
“Kamu panggil dulu teman-teman kamu dan suruh mereka berkumpul disini ” sambung Anggun. Si semut lalu meniupkan terompet dan datanglah semua teman semut.
Anggun terkejut ternyata semut-semut itu lebih banyak dari dugaannya. Lalu Anggun menyuruh semut-semut itu naik ke atas untuk membicarakan cara membunuh serigala itu.
“Kalian harus menggigit tubuh serigala itu bersama-sama ” kata Anggun.
“ Kami setuju ” kata semut.
“ Tetapi, bagaimana cara memanggil srigala itu ” tanya semut lagi.
“ Begini, aku akan menjerit-jerit ia pasti akan datang mendengar suaraku, karena suaraku sangat besar bukan seperti suara kalian ” jawab Anggun.
Hari pun sudah mulai akan gelap, semua semut-semut mulai beraksi begitu juga dengan Anggun. Ia berteriak-teriak di atas pohon. Srigala berlari mencari suara itu dan srigala berkata.
“ Hei di mana kamu ? ”. “ Aku di atas kamu srigala bodoh ” kata Anggun.
Srigala itu menjadi ketakutan, lalu Anggun menyuruh semut-semut turun sebelum pohonnya tumbang.
Semut-semut itu lalu turun diam-diam untuk mendekati tubuh srigala. Tanpa di ketahui srigala itu, semut-semut sudah ada di atas tubuh srigala. Dengan hitungan Anggun, semut-semut itu serentak menggigit tubuh srigala. Srigala berteriak kesakitan karena gigitan semut-semut itu sangat sakit dan akhirnya srigala itu pun mati.
Anggun kembali ke desanya tanpa ada rasa takut.

Pengemis dan Putri Raja


Monday, April 26, 2004 - Sumber : tasyaonline

Tersebutlah seorang putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan putrinya.
Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari berbagai negeri.

Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota. Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang Putri semakin terpesona.
Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu. Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu. Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran air itu memancarkan cahaya bak cincin permata.
Sang Putri berdecak kagum. Ia berlari menemui Sang Raja.
"Ayahanda, saya ingin dibuatkan cincin permata dari butiran air," pinta Sang Putri.
Raja tak kuasa menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan mencari ahli permata.
Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan seksama.
"Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya," kata ahli permata. Ia tampak kebingungan.
"Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau gagal, penjara telah menantimu!" tukas Sang Raja.
Dua hari kemudian, ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain. Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi demi putri kesayangannya.
Sementara itu, Sang Putri terus menuntut agar permintaannya dikabulkan.
Tiba-tiba seorang pengemis tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana.
"Kamu ahli permata?" sergah Sang Raja.
"Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi, mengapa Baginda menanyakan ahli permata?" Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya.
"Izinkan hamba mencobanya, Baginda," ujar Si Pengemis kemudian.
"Awas, kalau gagal, penjara tempatmu!" ancam Sang Raja.
Si Pengemis kemudian memanggil Sang Putri.
"Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!" pinta Si Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis.
Tapi, sebelum sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu membawa butiran air.
Memang hari itu sedang sangat panas sehingga membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia datang pada saat cuaca panas.
"Kalau butiran airnya tidak ada, bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri?
Saya kira tak seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada."
Sesudah berkata demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.

Dongeng dari china
.

Pengemis dan Putri Raja


Monday, April 26, 2004 - Sumber : tasyaonline

Tersebutlah seorang putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan putrinya.
Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari berbagai negeri.

Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota. Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang Putri semakin terpesona.
Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu. Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu. Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran air itu memancarkan cahaya bak cincin permata.
Sang Putri berdecak kagum. Ia berlari menemui Sang Raja.
"Ayahanda, saya ingin dibuatkan cincin permata dari butiran air," pinta Sang Putri.
Raja tak kuasa menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan mencari ahli permata.
Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan seksama.
"Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya," kata ahli permata. Ia tampak kebingungan.
"Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau gagal, penjara telah menantimu!" tukas Sang Raja.
Dua hari kemudian, ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain. Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi demi putri kesayangannya.
Sementara itu, Sang Putri terus menuntut agar permintaannya dikabulkan.
Tiba-tiba seorang pengemis tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana.
"Kamu ahli permata?" sergah Sang Raja.
"Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi, mengapa Baginda menanyakan ahli permata?" Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya.
"Izinkan hamba mencobanya, Baginda," ujar Si Pengemis kemudian.
"Awas, kalau gagal, penjara tempatmu!" ancam Sang Raja.
Si Pengemis kemudian memanggil Sang Putri.
"Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!" pinta Si Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis.
Tapi, sebelum sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu membawa butiran air.
Memang hari itu sedang sangat panas sehingga membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia datang pada saat cuaca panas.
"Kalau butiran airnya tidak ada, bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri?
Saya kira tak seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada."
Sesudah berkata demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.

Dongeng dari china
.

Hikayat Bunga Kemuning


Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.

Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bebergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau," kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakak-kakaknya tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi.

Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya.
Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.
"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!" kata sang raja.

Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah," ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat the, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.

Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal. "Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.

Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.

Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

Moral : Kebaikan akan membuahkan hal-hal yang baik, walaupun kejahatan sering kali menghalanginya.

Thursday, September 21, 2006

Cerita Anak Sholeh



Keledai Pembawa Garam
Monday, June 19, 2006 - Sumber : e-smartschool.com

Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam dipunggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. "Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira. Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan….
Byuur… Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban dipunggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. "Oh, maaf… garamnya larut di dalam air ya?" kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur…. Tentu saja garam yang ada dipunggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. "Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. "Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja. Byuuur…. Namun apa yang terjadi ? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.


Moral : Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan kerugian bagi kita.
Sumber : Elexmedia

Tuesday, September 19, 2006

Anakku Kau Sangat Berarti Bagiku

Aziz, sebutan anakku. Dia anak laki-laki yang aktif. Kata orang dia pernah autis...ya itu dulu waktu aku belum bertemu dengannya. Semua teman mengatakan bahwa Aziz itu eksklusif, apa betul. Aku bisa menjawab, "Ya Aziz memang eksklusif". Apapun sebutan untuknya, Aziz tetaplah Aziz. Aziz berusia 9 tahun. Di bandingkan dengan temannya yang lain, Aziz usianya lebih besar dan tubuhnya pun terbilang jangkung. Aziz...anak hebat, penuh bakat... Aku mengatakan itu bukan karena aku yang paling tahu Aziz, sama sekali bukan.. Aziz tetaplah seorang anak, yang dengannya aku pun menemukan kegembiraan bila ia bicara juga kekesalan jika dia melakukan hal yang tidak diperkenankan oleh agama.

Aziz...Anak laki-laki berusia 9 tahun. Tahun ini, dia tidak naik kelas, mestinya dia sekarang sudah kelas IV, tapi kafasitas di sebagai pelajar yang siap dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan tidak mampu ia lakukan. Aziz tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bunda/Ustad.. Aku melihat perkembangannya di setiap hari karena aku berinteraksi dengannya langsung di kelas. Kerjaannya hanya menggambar dan gambaran yang selalu ia perlihatkan adalah gambaran tentang senjata ; pintil, senapan, dan yang sejenis dengannya. Sungguh, aku pernah mencoba menelusuri apa isi benaknya dengan mengajak ia bercerita, " Aziz menggambar ini kenapa ?" Dengan gaya yang terkadang nyeleneh, seperti tertawa sendiri dia berkata, " Bunda, Aziz senang dengan gambar pistol, senapan. .,"dan seretetan perkataannya yang membuatku berpikir untuk merupah pola pikirnya. "Bunda, Aziz di rumah selalu main PS perang-perangan. Mama nggak marah kalau Aziz main, Bunda". Mendengar penjelasannya itu aku mulai berpikir, "Tidakkah lebih baik kalau anak bermain, apalagi dalam kondisi seperti Aziz yang kalau nggak diberi tahu maka dia akan melakukan sesuatu sekehendaknya saja. Orang tua sebaiknya berada di sisi Aziz untuk sekedar memberi masukan kepada si anak sehingga anak bisa memahami sesuatu itu dengan cara yang terbaik bagi perkembangannya."

Aku pun terkadang jengkel ketika Aziz melakukan hal yang mengganggu temannya, seperti memukul temannya..yang sering dipukul adalah Alfi--si gembul dan lucu-- Aziz sering menggunakan peralatan kelas seperti gagang sapu, skop, kotak sampah dan sebagainya sebagai alat permainannya. Aziz yang selalu mengatakan, "Bunda, Aziz capek", ketika aku menyuruhnya untuk mengerjakan tugas..Ya..itulah Aziz..

Kalau dia sudah merasa capek, dia akan berguling di atas lantai kelas atau teras kelas yang kotor, tanpa peduli kalau lantai itu ada kumannya. Aziz..kadang tidur di bawah kolong mejaku. Ketika aku suruh berlari, dia malah mau bercerita denganku.. Aziz..yang suka memberi apapun yang dia punyai bila temannya meminta. Terkadangpun ia tak segan-segan untuk menawarkan makanannya untuk orang lain. Dia tidak marah meskipun makanan itu dipinta dengan paksa oleh temannya. Aziz..yang suka menggambar di saat Bunda/ Ustad menerangkan pelajaran di depan kelas. Aziz yang sering dijahili dan juga suka menjahili temannya...tak mau mengalah dengan kesalahan yang dilakukan temannya kepada dia.

Aziz...yang sering mencoret gambaran yang sudah ada, seperti kalender yang ada gambar orang dia buat dengan coretan yang menyeramkan...bagiku. Dia membuat taring, kumis, dan mata yang sangat menakutkan...sekali lagi itu berlaku bagiku, tapi tidak bagi Aziz, dia merasa gambarannya itu lucu dan bagus makanya dia terkadang membawa kalender itu dimana-mana. Dia bangga dengan hasil karyanya.Pernah suatu hari anak-anak mengatakan," Ziz, gambar kamu bagus, Ziz, tolong gambarin aku ya...", pinta seorang temannya. Aziz pun menuruti permintaan temannya itu, dia pun langsung menggambar.

Aziz yang paling senang dengan menggambar dan mendengarkan cerita. Ya..Aziz yang sudah mulai suka bercerita di depan kelas bahkan saat kunjungan edukatif tanggal 15 September 2006 kemarin, Aziz sudah berani unjuk gigi bercerita di depan teman-temannya di dalam bis. Subhanallah ke-PD-an itu telah muncul, mungkin karena dia merasa paling tua dan berkuasa, maka dia menjadi PD untuk melakukan sesuatu ?? Entahlah analisisku seperti itu...

Suatu pagi di kelas, saat pelajaran Sosial atau Sains (aku lupa kapan tepatnya) di bercerita kepadaku," Bunda, kalau Aziz nggak ada rumah boleh nggak Aziz tinggal di rumah Bunda ?" Aku jawab pertanyaannya itu dengan," Boleh..." Lontaran pertanyaan pun keluar dari bibirnya tanpa ada batasnya...

Pernah aku membuat nangis Aziz. Aku teringat sekali kejadian itu. Waktu itu dia menjahili salah satu anak di kelas, lalu aku nggak marak langsung kuambil topinya. Tak lama kemudian dia menyendiri di sudut mejaku. Tertunduk dan matanya ditutupi kedua tangannya. Tangisnya tidak bersuara sedikitpun, tapi aku yakin sekali dia menangis. Akhirnya aku hanya bilang, "Aziz nangis ya, Bunda tuh sebenarnya kesal dengan Aziz..." Tak lama kemudian dia berkata," Aziz benci Bunda Meli." Menanggapi perkataannya itu aku coba membelai rambutnya dan aku pun berkata," Walaupun Aziz marah, nggak suka, dan benci sama Bunda, Bunda tetap sayang sama Aziz." Lalu keluarlah perkataannya yang sangat mengejutkan,"Bunda, Aziz tuh malu, rambut Aziz baru dipotong mama. Aziz marah sama mama..." Aku menyuruhnya untuk menegadahkan wajahnya...dia tak mau, tapi kemudian perlahan ketika topi mulai ku berikan dengan perjanjian," Nggak ganggu teman ya..." Alhasil itu bisa melunakkan hatinya untuk tidak menganggu teman, tapi hanya berlaku untuk 1 hari itu saja. Ya...itulah Aziz...

Sekelumit tentang Aziz dengan kelemahannya juga dengan kelebihan yang ia miliki. Pribadi yang mengetarkan, menggugah, yang mampu membuatku berkata, "Subhanallah, betapa sulit membuat dan mendidik manusia menjadi seperti yang diinginkan oleh Islam. Betapa sulit menjadi pendidik."

Dalam baris terakhir ini izinkan aku bermunajat untuk mengharapkan rahmat-Mu ya Allah," Ya, Allah bantulah aku untuk mendapatkan keberkahan dari apa yang kulakukan selama ini. Bantu aku memahami setiap yang kulakukan dengan pemahaman yang baik. Tetapkanlah kakiku dalam jalan lurus ini dan tegarkanlah aku melewati kerikil-kerikilnya. Aamiin..."

Anakku Kau Sangat Berarti Bagiku

Tuesday, July 04, 2006

Outbound Penuh Berkah

Wednesday, June 21, 2006

Palembang, Kebun Percontohan Pusri Indralaya, 10-11 Juni 2006...

Ry, hari ini outbound perdanaku. Hari ini aku bisa merasakan dedaunan yang mewangi, yang wanginya berbeda ketika di siang hari. Ry... aku merasa betapa bahagiannya aku dan kebetulan malam ini adalah bulan terang, walaupun bukan purnama. Sungguh, kalau kau berada di dekatku saat ini, maka kau pasti kan berujar, " Subhanallah, kita bukan apa-apa !" Maalam ini dedaunan seakan memancarkan sinarnya. Aku hanya bisa bergumam, "Subhanallah..." Ry...suasananya hening sekali, aku merasa terbawa ke alamm kubur, kedunianya orang buta, ke dunianya para orang yang tidak mempunyai rumah, ke dunia para pemuhasabah. Ry, bulan ini, tepatnya tanggal 26 Juni nanti aku bertambah usia, berarti bertambah dekatnya aku ke arah kematian walaupun aku tidak tahu kapan kematian itu kan menghampiri. Sedihkah akumenerimanya..........atau aku merasa senang karena aku bertambah dewasa...tidak...mungkin cukup bagiku tanggal 26 nanti aku bertambah dewasa namun bekal apa yang sudah kupersiapkan untuk akhiratku...ah rasanya dangkal benar kalau aku membanggakan diri dihadapan Allah dan berkata, "Allah, kupinta surga pada-Mu atas amal-amal sholihku !" Mungkin terlalu naif bagiku untukmengatakan hal itu, tapi rasanya itu yang kuinginkan...surga-Nya...keridhoan-Nya, kecintaan-Nya, dan limpahan Rahman-Nya.
Ry, betapa disini baru kurasakan betapa menyedihkan hidup di tengah kegelapan seperti apa yang dialami saudara kita yang tunanetra. Kedua matanya yang tidak melihat...Aku, ketika ditutup mata sebentar...merasa tidak nyaman. Aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa.Ketika itu tersadarlah bahwa kelebihan mereka yang tidak dapat melihat juga lebih banyak dari yang bisa kita perbuat. Mereka mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain dengan berkarya tanpa harus mencela kekurangan mereka. Banyak di antara mereka yang berhasil dalam kehidupannya. Dug...mereka berhasil memberikan kebahagian kepada orang lain, sedangkan aku...Ah, tak banyak yang bisa kuperbuat untuk membahagiakan orang lain. Aku hanya bisa menyucikan baju kedua orang tuaku, menyapu hanya sebatas dapur atau masak ala kadarnya, itupun kalau aku mau. Aku sangat sadar, ketika aku sudah jarang di rumah, aku meresa aku kurang bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarku. Aku merasa kurang berguna di dalam keluargaku. Aku...? Apakah ketika aku pergi dari rumah aku di rindukan mereka, ah...rasanya aku akan sangat takut membayangkan apa yang keluarga harapkan dariku...Rasanya, sangat kecil dan tak tahu malunya aku kalau diharapkan bila aku pergi. Bayangkan Ry, aku bisa tinggal di rumah hanya hari Sabtu atau Ahad...itupun kalau tidak ada kegiatan di luar, kalau ada...kau pasti tahu jawabannya, ya ka, Ry?
Disini, aku juga bisa merasakan bagaimana tidak punya rumah, nyamuk-nyamuk berterbangan siap menyantap atau menghisap darah-darah segar. Ketika itu hanya ada sebuah matras tipis, sebuah lilin kecil, dan 3 batang korek api. Aku merasakan betapa beruntungnya aku, dengan keadaan yang lebih dari cukup. Rasanya, malam ini tergiang di telingaku bunyi surat Ar Rahman, "Nikmat apa lagi yang kau dustakan ? Mungkin pertanyaan itu berhak untukku. Terkadang, kita secara tidak sadar merasa kurang denga nikmat yang Allah, nikmat penglihatan yang tiada duanya, nikmat iman dan hati yang bila kita kalkulasikan dan kita cicil untuk membayarnya, maka seluruh uang di dunia ini pun jika dikumpulkan tidak dapat kita menggantikannya. Sekarang, pantaskah kita kufur atas nikmat-Nya, Ry?Memasuki hutan, ah...sendirian lagi...rasanya tak terbanyangkan, tapi setelah sendirian, di kegelapan hutan dan rindangnya pohon-pohon, perasaan takut yang kita rasakan tidak akan kita temui, Insya Allah, kenapa ? Ah, kau, Ry...Ry...kan, " Cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong", teman, sanak-saudara ketika itu...no way...orang yang kita kenal pun mengacuhkan kita, tapi...beginilah rasanya ketika senandung ayat kursi meluncur di tiap hirup dan tarikan napasku. Aku bertambah yakin, semua yang ada di dalam hutan ini bekerja atas jari-jari Allah. Betapa pun ketakutan itu mencoba memasuki hati, ketika itu pula asma Allah terucap, tanpa jemu. Disini, rasanya kita tak berdaya dan benar-benar tak berdaya dan ketidakberdayaan kita itulah yang menjadikan kita fokus untuk memohon dan mendekatkan diri hanya kepada Allah.
Ry, aku tersesat di saat berjalan sendirian di tengah hutan. Lucunya, pada saat itu, aku merasa santai. Ry...Ry...tapi kalau kau melihat ekspresiku, penuh dengan kecemasan. Wajahku mungkin sedikit mengkerut, tapi alhamdulillah aku masih bisa tersenyum, kenapa ? Allah...jawabannya, singkat bukan, "Karena Allah, Allah yang menuntun langkah-langkah kakiku". Ry, subhanallah, aku juga merasakan ketakutan ketika aku membayangkan nanti ada orang yang menjahiliku, binatang yang menggangguku. Tapi, bayangan sesaat dan pikiran tersebut digantikan oleh asma-asma Allah dan keyakinan untuk menemukan jalan. Subhanallah...memang tuntunan Allah tak pernah salah, kucoba ikuti kata hatiku, kulalui jalan-jalan...dengan penuh kelurusan, maksudnya lurus tanpa belok dan tanpa memperhatikan tingginya ilalang. Pantas saja jalan yang kulalui itu seperti jalan yang tidak pernah dilewati orang lain, ilalangnya tidak ada yang patah-patah. Ada keraguanku, tapi benar..jangan pernah mengikuti keraguan.
Aku optimis, maka kutelusuri jalan yang ada dengan tetap lurus.Ketika itu aku secara tidak sengaja meninggalkan kaca mata di tas ransel. Mataku terasa hilang, makanya jalam yang kulihat adalah jalan yang lurus-lurus saja. Ry, aku menemukan rumah penduduk. Kulihat disana ada sinaran lampu. Aku kesana, tapi aku menemukan tidak ada panitia. Aku balik lagi deh...Subhanallah lho, Ry, kalau kuhitung-hitung mungkin perjalananku malam itu sekitar 2/3 km. Aku melewati pabrik yang kosong, yang pintu depannya terbuka dan terlihat sangat menyeramkan, tapi kutetap bertahan dan terus melangkah.Alhhamdulillah setelah sejauh itu aku berjalan, ada persimpangan, ke nanan dan kiri. Aku disuruh memilih dan kata hatiku mengatakan bahwa aku harus memilih yang sebelanh kiri karena kalau aku memilih ke kanan rasanya itu jalan yang salah. Jalan itu tidak ada penerangan sama sekali. Kuterus menyelusuri jalan itu. Berjalan dan berjalan. Santai tapi pasti. Dan memang Allah sayang kepadaku, aku dipertemukan dengan rombongan ustad dan bunda yang pada saat itu sedang duduk di tengah jalan. Pada saat itu yang terlihat hanyalah sosok hitam atau lebih tepatnya sesuatu yang hitan dan bergerak. Aku hanya berdoan dan berusaha menghampiri sesuatu yang bergerak itu dan aku akhirnya menemukan jalan. Alhamdulillah...Aku tidak melewati pos kedua, yang semestinya aku lewati setelah pos 1, aku tersesat jauh...padahal mestinya aku sudah sampai lebih duluan dibandingkan peserta yang lain, karena aku adalah rombongan awal yang bergerak menjauhi perkemahan. Aku masih tetap melanjutkan perjalanann, tapi kali ini menelusuri pos ke-2 hanya untuk mengisi absensi saja tapi aku dibantu panitia. Ada kejutan yang membuatku terucap kata, "Inalillah", ketika seorang panitia ikhwan mengangetkanku dengan hadir tiba-tiba di balik semak. Alhamdulillah hal itu tidak mengagetkanku. Aku memasuki pos ke-3 dengan terseok, walaupun petunjuk yang ada didekat penerangan membantu tapi bagiku itu perannya sangat kecil. Dasar mata yang sudah tidak awas lagi, aku terseok dan terseok lagi. Ternyata panitia sudah melihat gelagatku saat itu, aku akhirnya dibantu oleh panitia menelusuri setiap pos. Aku jadi tidak sendirian.Aku mempunyai pengawal, ikhwan, walaupun takut aku tetap berdoa dan berhusnudzon ...karena Allah kan penolong dan pelindungku.Ketika aku sampai diperkemahan, aku disambut oleh panitia dengan berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang membuatku gerah. Dan dengan pongahnya aku berkata, "Kayaknya orang sekampung aget ini tahu semua tentang kisahku.." Pantas saja, kalau dilihat dari fisik, pakaian maksudnya-rok- rumput sudah bertebaran di rokku. Aku tidak menyesal, malah bersyukur...setidaknya aku 'merasa' lebih dari yang lain. Maksudnya, dalam hal perjalanan jauh...aku bisa jadi atlet maraton, ya kan ???
Ry...Aku mendapat banyak sekali pelajaran yang didapat dari outbound kali ini, ukhuwah, kebersamaan, kerjasama, kedekatan antarpeserta, dan yang paling penting dari kesemua itu "Allah sayang padaku !", ternyata....