Kisah Pembangkit Jiwa

Tuesday, July 04, 2006

Outbound Penuh Berkah

Wednesday, June 21, 2006

Palembang, Kebun Percontohan Pusri Indralaya, 10-11 Juni 2006...

Ry, hari ini outbound perdanaku. Hari ini aku bisa merasakan dedaunan yang mewangi, yang wanginya berbeda ketika di siang hari. Ry... aku merasa betapa bahagiannya aku dan kebetulan malam ini adalah bulan terang, walaupun bukan purnama. Sungguh, kalau kau berada di dekatku saat ini, maka kau pasti kan berujar, " Subhanallah, kita bukan apa-apa !" Maalam ini dedaunan seakan memancarkan sinarnya. Aku hanya bisa bergumam, "Subhanallah..." Ry...suasananya hening sekali, aku merasa terbawa ke alamm kubur, kedunianya orang buta, ke dunianya para orang yang tidak mempunyai rumah, ke dunia para pemuhasabah. Ry, bulan ini, tepatnya tanggal 26 Juni nanti aku bertambah usia, berarti bertambah dekatnya aku ke arah kematian walaupun aku tidak tahu kapan kematian itu kan menghampiri. Sedihkah akumenerimanya..........atau aku merasa senang karena aku bertambah dewasa...tidak...mungkin cukup bagiku tanggal 26 nanti aku bertambah dewasa namun bekal apa yang sudah kupersiapkan untuk akhiratku...ah rasanya dangkal benar kalau aku membanggakan diri dihadapan Allah dan berkata, "Allah, kupinta surga pada-Mu atas amal-amal sholihku !" Mungkin terlalu naif bagiku untukmengatakan hal itu, tapi rasanya itu yang kuinginkan...surga-Nya...keridhoan-Nya, kecintaan-Nya, dan limpahan Rahman-Nya.
Ry, betapa disini baru kurasakan betapa menyedihkan hidup di tengah kegelapan seperti apa yang dialami saudara kita yang tunanetra. Kedua matanya yang tidak melihat...Aku, ketika ditutup mata sebentar...merasa tidak nyaman. Aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa.Ketika itu tersadarlah bahwa kelebihan mereka yang tidak dapat melihat juga lebih banyak dari yang bisa kita perbuat. Mereka mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain dengan berkarya tanpa harus mencela kekurangan mereka. Banyak di antara mereka yang berhasil dalam kehidupannya. Dug...mereka berhasil memberikan kebahagian kepada orang lain, sedangkan aku...Ah, tak banyak yang bisa kuperbuat untuk membahagiakan orang lain. Aku hanya bisa menyucikan baju kedua orang tuaku, menyapu hanya sebatas dapur atau masak ala kadarnya, itupun kalau aku mau. Aku sangat sadar, ketika aku sudah jarang di rumah, aku meresa aku kurang bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarku. Aku merasa kurang berguna di dalam keluargaku. Aku...? Apakah ketika aku pergi dari rumah aku di rindukan mereka, ah...rasanya aku akan sangat takut membayangkan apa yang keluarga harapkan dariku...Rasanya, sangat kecil dan tak tahu malunya aku kalau diharapkan bila aku pergi. Bayangkan Ry, aku bisa tinggal di rumah hanya hari Sabtu atau Ahad...itupun kalau tidak ada kegiatan di luar, kalau ada...kau pasti tahu jawabannya, ya ka, Ry?
Disini, aku juga bisa merasakan bagaimana tidak punya rumah, nyamuk-nyamuk berterbangan siap menyantap atau menghisap darah-darah segar. Ketika itu hanya ada sebuah matras tipis, sebuah lilin kecil, dan 3 batang korek api. Aku merasakan betapa beruntungnya aku, dengan keadaan yang lebih dari cukup. Rasanya, malam ini tergiang di telingaku bunyi surat Ar Rahman, "Nikmat apa lagi yang kau dustakan ? Mungkin pertanyaan itu berhak untukku. Terkadang, kita secara tidak sadar merasa kurang denga nikmat yang Allah, nikmat penglihatan yang tiada duanya, nikmat iman dan hati yang bila kita kalkulasikan dan kita cicil untuk membayarnya, maka seluruh uang di dunia ini pun jika dikumpulkan tidak dapat kita menggantikannya. Sekarang, pantaskah kita kufur atas nikmat-Nya, Ry?Memasuki hutan, ah...sendirian lagi...rasanya tak terbanyangkan, tapi setelah sendirian, di kegelapan hutan dan rindangnya pohon-pohon, perasaan takut yang kita rasakan tidak akan kita temui, Insya Allah, kenapa ? Ah, kau, Ry...Ry...kan, " Cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong", teman, sanak-saudara ketika itu...no way...orang yang kita kenal pun mengacuhkan kita, tapi...beginilah rasanya ketika senandung ayat kursi meluncur di tiap hirup dan tarikan napasku. Aku bertambah yakin, semua yang ada di dalam hutan ini bekerja atas jari-jari Allah. Betapa pun ketakutan itu mencoba memasuki hati, ketika itu pula asma Allah terucap, tanpa jemu. Disini, rasanya kita tak berdaya dan benar-benar tak berdaya dan ketidakberdayaan kita itulah yang menjadikan kita fokus untuk memohon dan mendekatkan diri hanya kepada Allah.
Ry, aku tersesat di saat berjalan sendirian di tengah hutan. Lucunya, pada saat itu, aku merasa santai. Ry...Ry...tapi kalau kau melihat ekspresiku, penuh dengan kecemasan. Wajahku mungkin sedikit mengkerut, tapi alhamdulillah aku masih bisa tersenyum, kenapa ? Allah...jawabannya, singkat bukan, "Karena Allah, Allah yang menuntun langkah-langkah kakiku". Ry, subhanallah, aku juga merasakan ketakutan ketika aku membayangkan nanti ada orang yang menjahiliku, binatang yang menggangguku. Tapi, bayangan sesaat dan pikiran tersebut digantikan oleh asma-asma Allah dan keyakinan untuk menemukan jalan. Subhanallah...memang tuntunan Allah tak pernah salah, kucoba ikuti kata hatiku, kulalui jalan-jalan...dengan penuh kelurusan, maksudnya lurus tanpa belok dan tanpa memperhatikan tingginya ilalang. Pantas saja jalan yang kulalui itu seperti jalan yang tidak pernah dilewati orang lain, ilalangnya tidak ada yang patah-patah. Ada keraguanku, tapi benar..jangan pernah mengikuti keraguan.
Aku optimis, maka kutelusuri jalan yang ada dengan tetap lurus.Ketika itu aku secara tidak sengaja meninggalkan kaca mata di tas ransel. Mataku terasa hilang, makanya jalam yang kulihat adalah jalan yang lurus-lurus saja. Ry, aku menemukan rumah penduduk. Kulihat disana ada sinaran lampu. Aku kesana, tapi aku menemukan tidak ada panitia. Aku balik lagi deh...Subhanallah lho, Ry, kalau kuhitung-hitung mungkin perjalananku malam itu sekitar 2/3 km. Aku melewati pabrik yang kosong, yang pintu depannya terbuka dan terlihat sangat menyeramkan, tapi kutetap bertahan dan terus melangkah.Alhhamdulillah setelah sejauh itu aku berjalan, ada persimpangan, ke nanan dan kiri. Aku disuruh memilih dan kata hatiku mengatakan bahwa aku harus memilih yang sebelanh kiri karena kalau aku memilih ke kanan rasanya itu jalan yang salah. Jalan itu tidak ada penerangan sama sekali. Kuterus menyelusuri jalan itu. Berjalan dan berjalan. Santai tapi pasti. Dan memang Allah sayang kepadaku, aku dipertemukan dengan rombongan ustad dan bunda yang pada saat itu sedang duduk di tengah jalan. Pada saat itu yang terlihat hanyalah sosok hitam atau lebih tepatnya sesuatu yang hitan dan bergerak. Aku hanya berdoan dan berusaha menghampiri sesuatu yang bergerak itu dan aku akhirnya menemukan jalan. Alhamdulillah...Aku tidak melewati pos kedua, yang semestinya aku lewati setelah pos 1, aku tersesat jauh...padahal mestinya aku sudah sampai lebih duluan dibandingkan peserta yang lain, karena aku adalah rombongan awal yang bergerak menjauhi perkemahan. Aku masih tetap melanjutkan perjalanann, tapi kali ini menelusuri pos ke-2 hanya untuk mengisi absensi saja tapi aku dibantu panitia. Ada kejutan yang membuatku terucap kata, "Inalillah", ketika seorang panitia ikhwan mengangetkanku dengan hadir tiba-tiba di balik semak. Alhamdulillah hal itu tidak mengagetkanku. Aku memasuki pos ke-3 dengan terseok, walaupun petunjuk yang ada didekat penerangan membantu tapi bagiku itu perannya sangat kecil. Dasar mata yang sudah tidak awas lagi, aku terseok dan terseok lagi. Ternyata panitia sudah melihat gelagatku saat itu, aku akhirnya dibantu oleh panitia menelusuri setiap pos. Aku jadi tidak sendirian.Aku mempunyai pengawal, ikhwan, walaupun takut aku tetap berdoa dan berhusnudzon ...karena Allah kan penolong dan pelindungku.Ketika aku sampai diperkemahan, aku disambut oleh panitia dengan berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang membuatku gerah. Dan dengan pongahnya aku berkata, "Kayaknya orang sekampung aget ini tahu semua tentang kisahku.." Pantas saja, kalau dilihat dari fisik, pakaian maksudnya-rok- rumput sudah bertebaran di rokku. Aku tidak menyesal, malah bersyukur...setidaknya aku 'merasa' lebih dari yang lain. Maksudnya, dalam hal perjalanan jauh...aku bisa jadi atlet maraton, ya kan ???
Ry...Aku mendapat banyak sekali pelajaran yang didapat dari outbound kali ini, ukhuwah, kebersamaan, kerjasama, kedekatan antarpeserta, dan yang paling penting dari kesemua itu "Allah sayang padaku !", ternyata....

1 Comments:

  • At 6:00 AM, Blogger Meri said…

    Subhanallah Bunda,,,semoga saja pengalaman bunda yg keSasar itu tak kan pernah terjadi pada guru2 baru tahun ini,,semoga Kasih sayang-Nya selalu tercuhakan pd qt semua...sehingga aktifitas qt d mudahkan dan d lancarkan-Nya..amiiiiiiiiiiiin

     

Post a Comment

<< Home