Kisah Pembangkit Jiwa

Tuesday, September 19, 2006

Anakku Kau Sangat Berarti Bagiku

Aziz, sebutan anakku. Dia anak laki-laki yang aktif. Kata orang dia pernah autis...ya itu dulu waktu aku belum bertemu dengannya. Semua teman mengatakan bahwa Aziz itu eksklusif, apa betul. Aku bisa menjawab, "Ya Aziz memang eksklusif". Apapun sebutan untuknya, Aziz tetaplah Aziz. Aziz berusia 9 tahun. Di bandingkan dengan temannya yang lain, Aziz usianya lebih besar dan tubuhnya pun terbilang jangkung. Aziz...anak hebat, penuh bakat... Aku mengatakan itu bukan karena aku yang paling tahu Aziz, sama sekali bukan.. Aziz tetaplah seorang anak, yang dengannya aku pun menemukan kegembiraan bila ia bicara juga kekesalan jika dia melakukan hal yang tidak diperkenankan oleh agama.

Aziz...Anak laki-laki berusia 9 tahun. Tahun ini, dia tidak naik kelas, mestinya dia sekarang sudah kelas IV, tapi kafasitas di sebagai pelajar yang siap dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan tidak mampu ia lakukan. Aziz tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bunda/Ustad.. Aku melihat perkembangannya di setiap hari karena aku berinteraksi dengannya langsung di kelas. Kerjaannya hanya menggambar dan gambaran yang selalu ia perlihatkan adalah gambaran tentang senjata ; pintil, senapan, dan yang sejenis dengannya. Sungguh, aku pernah mencoba menelusuri apa isi benaknya dengan mengajak ia bercerita, " Aziz menggambar ini kenapa ?" Dengan gaya yang terkadang nyeleneh, seperti tertawa sendiri dia berkata, " Bunda, Aziz senang dengan gambar pistol, senapan. .,"dan seretetan perkataannya yang membuatku berpikir untuk merupah pola pikirnya. "Bunda, Aziz di rumah selalu main PS perang-perangan. Mama nggak marah kalau Aziz main, Bunda". Mendengar penjelasannya itu aku mulai berpikir, "Tidakkah lebih baik kalau anak bermain, apalagi dalam kondisi seperti Aziz yang kalau nggak diberi tahu maka dia akan melakukan sesuatu sekehendaknya saja. Orang tua sebaiknya berada di sisi Aziz untuk sekedar memberi masukan kepada si anak sehingga anak bisa memahami sesuatu itu dengan cara yang terbaik bagi perkembangannya."

Aku pun terkadang jengkel ketika Aziz melakukan hal yang mengganggu temannya, seperti memukul temannya..yang sering dipukul adalah Alfi--si gembul dan lucu-- Aziz sering menggunakan peralatan kelas seperti gagang sapu, skop, kotak sampah dan sebagainya sebagai alat permainannya. Aziz yang selalu mengatakan, "Bunda, Aziz capek", ketika aku menyuruhnya untuk mengerjakan tugas..Ya..itulah Aziz..

Kalau dia sudah merasa capek, dia akan berguling di atas lantai kelas atau teras kelas yang kotor, tanpa peduli kalau lantai itu ada kumannya. Aziz..kadang tidur di bawah kolong mejaku. Ketika aku suruh berlari, dia malah mau bercerita denganku.. Aziz..yang suka memberi apapun yang dia punyai bila temannya meminta. Terkadangpun ia tak segan-segan untuk menawarkan makanannya untuk orang lain. Dia tidak marah meskipun makanan itu dipinta dengan paksa oleh temannya. Aziz..yang suka menggambar di saat Bunda/ Ustad menerangkan pelajaran di depan kelas. Aziz yang sering dijahili dan juga suka menjahili temannya...tak mau mengalah dengan kesalahan yang dilakukan temannya kepada dia.

Aziz...yang sering mencoret gambaran yang sudah ada, seperti kalender yang ada gambar orang dia buat dengan coretan yang menyeramkan...bagiku. Dia membuat taring, kumis, dan mata yang sangat menakutkan...sekali lagi itu berlaku bagiku, tapi tidak bagi Aziz, dia merasa gambarannya itu lucu dan bagus makanya dia terkadang membawa kalender itu dimana-mana. Dia bangga dengan hasil karyanya.Pernah suatu hari anak-anak mengatakan," Ziz, gambar kamu bagus, Ziz, tolong gambarin aku ya...", pinta seorang temannya. Aziz pun menuruti permintaan temannya itu, dia pun langsung menggambar.

Aziz yang paling senang dengan menggambar dan mendengarkan cerita. Ya..Aziz yang sudah mulai suka bercerita di depan kelas bahkan saat kunjungan edukatif tanggal 15 September 2006 kemarin, Aziz sudah berani unjuk gigi bercerita di depan teman-temannya di dalam bis. Subhanallah ke-PD-an itu telah muncul, mungkin karena dia merasa paling tua dan berkuasa, maka dia menjadi PD untuk melakukan sesuatu ?? Entahlah analisisku seperti itu...

Suatu pagi di kelas, saat pelajaran Sosial atau Sains (aku lupa kapan tepatnya) di bercerita kepadaku," Bunda, kalau Aziz nggak ada rumah boleh nggak Aziz tinggal di rumah Bunda ?" Aku jawab pertanyaannya itu dengan," Boleh..." Lontaran pertanyaan pun keluar dari bibirnya tanpa ada batasnya...

Pernah aku membuat nangis Aziz. Aku teringat sekali kejadian itu. Waktu itu dia menjahili salah satu anak di kelas, lalu aku nggak marak langsung kuambil topinya. Tak lama kemudian dia menyendiri di sudut mejaku. Tertunduk dan matanya ditutupi kedua tangannya. Tangisnya tidak bersuara sedikitpun, tapi aku yakin sekali dia menangis. Akhirnya aku hanya bilang, "Aziz nangis ya, Bunda tuh sebenarnya kesal dengan Aziz..." Tak lama kemudian dia berkata," Aziz benci Bunda Meli." Menanggapi perkataannya itu aku coba membelai rambutnya dan aku pun berkata," Walaupun Aziz marah, nggak suka, dan benci sama Bunda, Bunda tetap sayang sama Aziz." Lalu keluarlah perkataannya yang sangat mengejutkan,"Bunda, Aziz tuh malu, rambut Aziz baru dipotong mama. Aziz marah sama mama..." Aku menyuruhnya untuk menegadahkan wajahnya...dia tak mau, tapi kemudian perlahan ketika topi mulai ku berikan dengan perjanjian," Nggak ganggu teman ya..." Alhasil itu bisa melunakkan hatinya untuk tidak menganggu teman, tapi hanya berlaku untuk 1 hari itu saja. Ya...itulah Aziz...

Sekelumit tentang Aziz dengan kelemahannya juga dengan kelebihan yang ia miliki. Pribadi yang mengetarkan, menggugah, yang mampu membuatku berkata, "Subhanallah, betapa sulit membuat dan mendidik manusia menjadi seperti yang diinginkan oleh Islam. Betapa sulit menjadi pendidik."

Dalam baris terakhir ini izinkan aku bermunajat untuk mengharapkan rahmat-Mu ya Allah," Ya, Allah bantulah aku untuk mendapatkan keberkahan dari apa yang kulakukan selama ini. Bantu aku memahami setiap yang kulakukan dengan pemahaman yang baik. Tetapkanlah kakiku dalam jalan lurus ini dan tegarkanlah aku melewati kerikil-kerikilnya. Aamiin..."

3 Comments:

  • At 11:43 PM, Blogger sahaja bermakna said…

    Guru, di Gugu lan di Tiru, sungguh indah cerita itu, sederhana tapi penuh makna, seandainya tiada Guru, entah jd apa masa depan kami, .....terima kasih para pendidik yg selalu menempatkan dirinya pada posisi itu, dan bukan jabatan itu, Jazakumullah khairan jaza'a, Amiin.

     
  • At 1:59 AM, Blogger AGUS VEDIC said…

    indah sekali ceritanya penuh inspirasi,,menyentuh hati! betapa mulia tugas seorang pendidik,,harus memahami setiap karakter anak didiknya!dengan kesabaran dan perjuangan yang luar biasa! Terus semangat guru - guru ku, tanpa mu aku tak tahu apa2.

     
  • At 7:51 AM, Blogger Gundul Mantul said…

    Pantas imam ali ra. Berkata “aq akan menjadi budak bagi orang yang mengajarkan aq wlau satu huruf“. Tanpa guru smua orang jadi DUngu,

     

Post a Comment

<< Home